Rabu, 10 Maret 2010

Untuk anggota ROHIS, bukanlah SARANG TERORIS, melainkan BENTENG AQIDAH Pelajar Muslim !

Izzah Islám 11 Februari jam 22:45 Reply
Assalamualaykum Warahmatullah Wabarakatuh

saudaraku yang beriman, bulan-bulan ini dipenuhi ritual-ritual yang berasal dari adat dan agama lain, yang masih kebanyakan umat kita rayakan, padahal beribadah dan menyikapi apa pun, umat Islam diwajibkan mengikuti Al-Quran dan Sunnah Rasul. Amal ibadah yang tidak diperintahkan dan dicontohkan Rasul tidak akan diterima oleh Allah SWT alias mardud (tertolak).

“Barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam agama kami ini yang tidak ada asalnya, maka perkara tersebut tertolak.” (HR. Bukhari dan Muslim).

“Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan ajaran kami, maka amalan tersebut tertolak.” (HR. Muslim).

Ritual dan kepercayaan apa sajakah?

KHURAFAT di BULAN SAFAR


Amalan yang tertotal itu termasuk khurafat (tahayul, mitos). Khurafat adalah salah satu bentuk penyelewengan dalam akidah Islam. Salah satunya, khurafat berkenaan dengan bulan Safar. Pada zaman Jahiliyah, ada kepercayaan bahwa bulan Safar adalah bulan sial. Kepercayaan atau mitos/tahayul tersebut langsung dibantah oleh Rasulullah Saw.

Bulan Safar adalah bulan kedua setelah Muharam dalam kalendar Islam (Hijriyah) yang berdasarkan tahun Qamariyah (perkiraan bulan mengelilingi bumi). Safar artinya kosong. Dinamakan Safar karena dalam bulan ini orang-orang Arab dulu sering meninggalkan rumah untuk menyerang musuh.



Kepercayaan bahwa Safar bulan sial atau bulan bencana masih saja dipercaya sebagian umat. Padahal, Rasul sudah menegaskan mitos itu tidak benar.



Salah satu amalan khurafat yang pernah muncul ialah “Pesta Mandi Safar”. Jika tiba bulan Safar, umat Islam mengadakan upacara mandi beramai-ramai dengan keyakinan hal itu bisa menghapuskan dosa dan menolak bala. Biasanya, amalan mandi Safar ini dilakukan pada hari Rabu minggu terakhir dalam bulan Safar yang diyakini merupakan hari penuh bencana.



Amalan mandi Safar untuk tolak bala dan menghapus dosa itu merupakan kepercayaan penganut Hindu melalui ritual “Sangam” yang mengadakan upacara penghapusan dosa melalui pesta mandi di sungai. Umat Islam harus menghormati keyakinan mereka, tapi tidak boleh menirunya.



Hingga kini pun masih ada umat Islam yang tidak mau melangsungkan pernikahan pada bulan Safar karena percaya terhadap khurafat tersebut. Sebuah keyakinan yang dapat menjerumuskan kepada jurang kemusyrikan.



Bahkan, sampai ada “amalan khusus”, misalnya hari Rabu membaca syahadat tiga kali, istighfar 300 kali, ayat kursi tujuh kali, surat Al-Fiil tujuh kali, dan sebagaiya. Jelas, itu amalah khurafat dan bid’ah yang tidak bersumber dari ajaran Islam dan tidak dicontohkan oleh Rasulullah Saw dan para sahabat.



Khurafat bulan Safar selengkapnya antara lain larangan menikah dan pertunangan, menghalangi bermusafir atau berpergian jauh, Rabu minggu terakhir bulan Safar puncak hari sial, upacara ritual menolak bala dan buang sial di pantai, sungai atau rumah (Mandi Safar), membaca jampi serapah tertentu untuk menolak bala sepanjang Safar, menjamu makan makhluk halus yang dikatakan penyebab sesuatu musibah, menganggap bayi lahir bulan Safar bernasib malang, Safar bulan Allah menurunkan kemarahan dan hukuman ke atas dunia. Semuanya itu tidak benar dan umat Islam wajib mengingkari khurafat tersebut.



Kesialan, naas, atau bala bencana dapat terjadi kapan saja, tidak hanya bulan Safar, apalagi khusus banyak terjadi pada bulan Safar. Allah Swt menegaskan:



“Katakanlah: "Sekali-kali tidak akan menimpa Kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami. Dialah pelindung Kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal." (QS. At-Taubah: 51 ).



Tidak amalan istimewa atau tertentu yang dikhususkan untuk dirayakan pada bulan Safar. Amalan bulan Safar adalah sama seperti amalan-amalan pada bulan-bulan lain. Kepercayaan mengenai perkara sial atau bala pada sesuatu hari, bulan dan tempat itu merupakan kepercayaan orang jahiliah sebelum kedatangan Islam.



Rasulullah Saw bersabda: “Tidak ada wabah dan tidak ada keburukan binatang terbang dan tiada kesialan bulan Safar dan larilah (jauhkan diri) daripada penyakit kusta sebagaimana kamu melarikan diri dari seekor singa” (HR. Bukhari).



Semoga Allah senantiasa memberi kita kekuatan dan bimbingan, agar terhindari dari segala bentuk bid’ah, khurafat, dan tahayul sehingga kita selamat dari jurang kemusyrikan. Amin! Wallahu a’lam.*


http://www.pusdai.com/artikel-islam/34-artikel/804-jauhi-khurafat-bulan-safar.html

http://akob73.blogspot.com/2009_01_01_archive.html


TASYABUH BIL KUFFAR : VALENTINE dan IMLEK


At-Tasyabbuh secara bahasa diambil dari kata al-musyabahah yang berarti meniru atau mencontoh, menjalin atau mengaitkan diri, dan mengikuti. At-Tasybih berarti peniruan. Dan mutasyabihah berarti mutamatsilat (serupa). Dikatakan artinya serupa dengannya, meniru dan mengikutinya. Tasyabbuh yang dilarang dalam Al-Quran dan As-Sunnah secara syar’i adalah menyerupai orang-orang kafir dalam segala bentuk dan sifatnya, baik dalam aqidah, peribadatan, kebudayaan, atau dalam pola tingkah laku yang menunjukkan ciri khas mereka (kaum kafir). (Mantasyabbaha biqoumin Fahuwa Minhum, Dr.Nashir Bin Abdul Karim Al-Aql)

Termasuk dalam tasyabbuh yaitu meniru terhadap orang-orang yang tidak shalih, walaupun mereka itu dari kalangan kaum muslimin, seperti orang-orang fasik, orang-orang awam dan jahil, atau orang-orang Arab (badui) yang tidak sempurna diennya (keislamannya). Oleh karena itu, secara global kita katakan bahwa segala sesuatu yang tidak termasuk ciri khusus orang-orang kafir, baik aqidahnya, adat-istiadatnya, peribadatannya, dan hal itu tidak bertentangan dengan nash-nash serta prinsip-prinsip syari’at, atau tidak dikhawatirkan akan membawa kepada kerusakan, maka tidak termasuk tasyabbuh. Inilah pengertian secara global. (Idem)

Alloh Subhanahu wa ta'ala berfirman:

“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al-Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik” [QS. Al-Hadiid : 16].

Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata ketika mengomentari ayat di atas :

“Firman-Nya : ‘Janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al-Kitab kepadanya’ ; merupakan larangan yang bersifat mutlak dalam hal penyerupaan terhadap mereka (orang kafir). Larangan ini juga khusus menyerupai mereka dalam hal kerasnya hati, sedangkan kerasnya hati termasuk di antara buah kemaksiatan” [Iqtidlaa’ Shiraathil-Mustaqiim, 1/290].

Ibnu Katsir menafsirkan ayat ini dengan mengatakan :

ولهذا نهى الله المؤمنين أن يتشبهوا بهم في شيء من الأمور الأصلية والفرعية

“Oleh karena itu, Allah melarang orang-orang yang beriman untuk menyerupai mereka (orang kafir) dalam hal apapun, baik dalam perkara pokok (ushuliyyah) maupun cabang (furu’iyyah)” [Tafsir Ibnu Katsir, 8/20, tahqiq : Saamiy bin Muhammad Salaamah; Daarith-Thayyibah, Cet. 2/1420].

termasuk di dalamnya memeriahkan dan merayakan VALENTINE DAY dan IMLEK yang sama sekali tidak dari ISLAM, bahkan terancam kita menyerupai kaum KAFIR dengan akidah mereka. Mau kah kau merayakan HAri kematian ST. VALENTINE? dan TAHUN BARU dien lain??


WALLAHU A"LAM

Untuk anggota ROHIS, bukanlah SARANG TERORIS, melainkan BENTENG AQIDAH Pelajar Muslim !!

Izzah Islám 13 Februari jam 10:07 Reply
Tiga Kata untuk Remaja Latah Valentine Day

Valentine Day, makin angot saja. Remaja muslim banyak yang ikutan. Begitu pula kebiasaan pacaran. Bukti kalahnya budaya Islam?

Kalau sudah masuk bulan Febuari, nuansa cinta bertebaran. Warna pink jadi dominan. Coklat, asesoris dengan bentuk hati (mohon jangan dibaca dua kali!), dan seabreg-abreg kartu cinta laku banget. Belum lagi request lagu cinta macam Dilemma-nya Nelly Tidak perlu kita ceritain kalo itu adalah bagian dari ritual peringatan Valentine Day (Hari cinta sedunia).

Wah, kita mah mau terus terang aja ya Mas, Den, Mba’, Teh, kalo Valentine Day adalah budaya kufur. Sudah terlalu banyak sejarawan–muslim ataupun non-muslim yang membeberkan kalau peringatan Valentine Day itu berkaitan dengan ritual agama di luar Islam.

Malah, tidak sedikit pemuka agama Nasrani yang juga keberatan pada umatnya yang hanyut dengan kegiatan Valentine Day ini. Menurut mereka Valentine Day nggak ada hubungannya dengan keimanan kaum Nasrani. Menurut Ken Sweiger yang menulis artikel “Should Biblical Christians Observe It?” (www.korrnet.org) kata “Valentine” berasal dari Latin yang berarti: “Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat dan Yang Maha Kuasa”. Kata ini ditujukan kepada Nimrod dan Lupercus, tuhan orang Romawi. Jadi, sama sekali nggak ada hubungan dengan agama Nasrani.

Dengan agama Islam? Wah, bak langit dan kerak bumi. Kagak nyambung abis. Nggak percaya? Cari aja di Al Qur’an, kitab-kitab hadits ataupun kitab-kitab fikih. Nggak ada satupun ulama yang menganjurkan peringatan Valentine Day. Yang ada malah larangan berat. Sebut saja firman Allah Ta’ala:

“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti prasangka belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah).” (Surah Al-An’am : 116)

Juga hadits Nabi saw. : “Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk ke dalamnya.”

Juga sabdanya yang lain:

“Barangsiapa yang beramal dengan amalan yang tidak ada urusannya dalam perkara kami (agama Islam), maka ia tertolak.”

So, kalo ada remaja muslim/muslimah yang kelatahan beli coklat, permen, asesoris bentuk hati atau ngirim gambar via sms atau MMS yang berhubungan dengan Valentine Day, kita kasih aja tiga kata: ISTIGHFAR DEH LO..!

[Yulianna/Gaul Islam]
http://www.voa-islam.com/news/citizens-jurnalism/2010/02/03/3074/tiga-kata-untuk-remaja-latah-valentine-day/
Kembali ke Pesan
Buat sebuah Iklan
X

Untuk anggota ROHIS, bukanlah SARANG TERORIS, melainkan BENTENG AQIDAH Pelajar Muslim !!

Izzah Islám 22 Februari jam 19:17
Assalamualaykum. Ikhwah, di Bulan Rabiul Awal ini, setiap tahunnya dirayakan maulid Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pada tanggal 12 Rabiul Awal oleh sebagian umat Islam. sementara yang lain tidak merayakannya, dan berpendapat Maulid adalah Bid'ah yang tak pernah dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, sahabat serta generasi salaf.

Terlepas masalah itu, marilah kita Hidupkan kembali Sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan membuktikan CINTA kepadanya dengan Shaum Ayyamul Bidh, "Ayo Cintai Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dengan menegakkan Sunnah yang pasti-pasti ajah..!"

________

Puasa tiga hari setiap bulan disunnahkan dan nilainya terhitung seperti puasa dahr (tahunan), karena amal shalih dalam Islam diganjar sepuluh kali lipat. Berpuasa sehari diganjar seperti puasa sepuluh hari. Maka siapa yang berpuasa tiga hari setiap bulannya, dia terhitung berpuasa setahun penuh.

Dari Abdullah bin 'Amr, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Puasalah tiga hari dari setiap bulan. Sesungguhnya amal kebajikan itu ganjarannya sepuluh kali lipat, seolah ia seperti berpuasa sepanjang masa." (HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, dan an Nasai)

Dan disunnahkan melaksanakannya pada Ayyamul Bidh (hari-hari putih), yaitu tanggal 13, 14, dan 15 dari bulan Hijriyah. Berdasarkan riwayat Abi Dzarr, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
يَا أَبَا ذَرٍّ إِذَا صُمْتَ مِنْ الشَّهْرِ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ فَصُمْ ثَلَاثَ عَشْرَةَ وَأَرْبَعَ عَشْرَةَ وَخَمْسَ عَشْرَةَ
"Wahai Abu Dzarr, jika engkau ingin berpuasa tiga hari dari salah satu bulan, maka berpuasalah pada hari ketiga belas, empat belas, dan lima belas." (HR. At Tirmidzi)

Dari Jabir bin Abdillah, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda;
صِيَامُ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ صِيَامُ الدَّهْرِ وَأَيَّامُ الْبِيضِ صَبِيحَةَ ثَلَاثَ عَشْرَةَ وَأَرْبَعَ عَشْرَةَ وَخَمْسَ عَشْرَةَ
"Puasa tiga hari setiap bulan adalah puasa dahr (puasa setahun). Dan puasa ayyamul bidh (hari-hari putih) adalah hari ketiga belas, empat belas, dan lima belas." (HR. An Nasai dan dishahihkan al Albani)

Pada bulan ini, Rabiul Awal 1430 H. jatuh pada hari Sabtu, bertepatan dengan 27 Februari 2010 M. Maka Ayyamul Bidh yang disunnahkan berpuasa di dalamnya secara berurutan adalah hari Sabtu, Ahad dan Senin.

Terkadang permulaan puasa ini berbeda antara satu negeri dengan negeri lainnya, sesuai dengan permulaan bulan yang ada di sana.

Dan jika tidak melaksanakan shaum itu pada Ayyamul Bidl, tidak mengapa melaksanakannya pada awal bulan atau akhir bulan.

Dari Mu'adzah ad 'Adwiyah, seseungguhnya ia pernah bertanya kepada 'Aisyah radliyallah 'anha: "Apakah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam biasa melaksanakan shaum selama tiga hari setiap bulannya?" Aisyah menjawab: "ya". Ia pun bertanya lagi: "Hari-hari apa saja yang biasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melaksanakan shaum?" Aisyah pun menjawab: "Tidak pernah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memperhatikan hari keberapa dari setiap bulannya beliau melaksanakan shaum." (HR. Muslim)

Dalam Majmu' Fatawa wa Rasail, Syaikh Muhammad bin Shalih Al 'Utsaimin berkata, "Seorang boleh berpuasa pada awal bulan, pertengahannya, ataupun di akhirknya secara berurutan atau terpisah-pisah. Tetapi yang paling afdhal (utama) dilaksanakan pada Ayyamul Bidl, yaitu tanggal tiga belas, empat belas, dan lima belas.

Hal ini berdasarkan hadits Aisyah radliyallah 'anha, "adalah Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berpuasa tiga hari setiap bulan, tidak terlalu peduli apakah berpuasa di awal atau di akhir bulan." (HR. Muslim)
(PurWD/voa-islam.com)

Untuk anggota ROHIS, bukanlah SARANG TERORIS, melainkan BENTENG AQIDAH Pelajar Muslim !!

Izzah Islám 28 Februari jam 7:14 Reply
Setiap perjalanan dakwah Islam selalu saja ada pihak-pihak yang menjadi penghalangnya. Ketika dakwah Rasulullah SAW mulai di gencarkan di tengah-tengah masyarakat, muncul nama-nama beken macam Abu lahab dan Abu Jahal yang begitu getol merintangi dakwah Islam.

Hampir sama dengan kondisi pada saat ini, para penentang dakwah Islam kembali tampil bak burung emprit yang mengganggu tanaman padi. Mereka mencoba merusak semuanya, berbagai cara pun digunakan dengan harapan jangan sampai Islam secara utuh untuk diamalkan (kaffah).

Baru-baru ini, Islam Liberal kembali berulah dengan mengajukan permohonan uji materiil (judicial review) kepada Mahkamah Konstitusi (MK) atas UU No 1 PNPS Tahun 1965 tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama. Isinya, mereka menginginkan kebebasan/liberalisme dalam segala bidang, termasuk ketentuan-ketentuan dalam beragama.

Dengan itu, mereka mendukung keberadaan aliran-aliran sesat seperti Lia Eden, Ahmadiyah dan lainya, serta membuka tumbuh suburnya aliran sesat di Indonesia tentunya jika UU itu di golkan. Pengusung Islam Liberal juga biasa melontarkan slogan-slogan batil, seperti “Say no to khilafah”, “Selamatkan Indonesia dari syariah”, “Anti Syariah Islam” dan menghalang-halangi tegaknya Ideologi Islam.

Proses sipilis (Sekulerisme, Pluralisme dan Liberalisme) di Indonesia sendiri sebenarnya muncul dengan tidak tiba-tiba, pada tahun 1970an, Nur cholis masjid tampil ke permukaan bagai pahlawan kesiangan dengan semboyan yang lumayan terkenal yakni “Islam yes, partai Islam No”. Pernah juga ia mengatakan bahwa fundamentalis agama lebih berbahaya dari narkoba. Dibelakang cak Nur berjajar nama-nama seperti Mukti Ali (menteri agama), Munawir Sadzali, Harun Nasutioan (rector IAIN syarif hidayatullah waktu itu). Para pelajar dari Indonesia dikirim ke Barat kemudian di cuci otaknya, setelah pulang membawa oleh-oleh buah pemikiran asing (sipilis).

Penyokong SIPILIS

Pada masa sekarang, proyek ini disokong oleh lembaga-lembaga internasional semacam The Asia Foundatioan,Australia Aid, USAid, Yayasan Tifa, DLL. Mereka mengucurkan dana sampai jutaan Dolar AS guna memuluskan proyek liberalisasi ini.

Tercatat beberapa lembaga yang menerima dana ini adalah: BKSPPI, JIL, PP Muhammadiyah, Wahid Institute, Fatayat NU, Fahmina Institute, Uin Alaudin Makasar, University louksumawe,MMD dikti, Balqis Women, Lakspedam NU, LPP Aisyiah, IMM, Radio 68H, Pemuda Muhammadiyah Aceh, PUSHAM UII, Pusat studi wanita UIN, LABDA, Laboratorium dakwah shalahudin, Nasyiatul Aisyiah Aceh, Ikatan Remaja Muhammadiyah, Percik, LK3, ICIP, Univ. Paramadina, LkiS, LKPMP, Majalah syir’ah, Fahmina institute dan lain-lain. (Kompilasi laporan tahun 2004, 2005, 2006, 2007: Asia Foundation, AusAid, USAID dan yayasan Tifa [Geoerge Soros], tabloid suara-islam th.2004)

Ulil Abshor sendiri pernah mengatakan kepada hidayatullah.com bahwa UMS (Universitas Muhammadiyah Surakarta) pun tak luput ketiban gemerincing dolar dari The Asia Foundation untuk melancarkan program liberalisasi ini. “Selain kami ada juga ormas Islam yang menerima dana dari TAF program Islam and Civil Society. Mereka itu adalah Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Universitas Muhammadiyah Solo, dan Departemen Agama. Dana yang diterima JIL jauh lebih kecil daripada mereka”. Ungkap ulil.

Ketika ditanya berapa JIL mendapat kucuran dana? Koordinator Jaringan Islam Liberal itu menjawab “Setiap tahun kami mendapat sekitar Rp 1,4 milyar. Selain itu, JIL juga mendapatkan dana dari sumber-sumber domestik, Eropa, dan Amerika. Tapi yang paling besar dari TAF". (hidayatullah.com 2004).

Dr. Adian Husaini mengatakan ada tiga progam pokok liberalisasi yang di usung oleh mereka, yakni Liberalisasi dalam aqidah Islam (Pluralisme agama), liberalisasi konsep wahyu (menggugat otentisitas mushaf utsmani) dan Liberalisasi syariah dan akhlak. (Liberalisasi Islam di Indonesia, 2006).

Karena itu, kita tidak boleh menyerah, perang pemikiran (goswhul fikri) harus tetap di galakkan. Pemikiran-pemikiran bathil seperti ini sangat berbahaya jika terus-terusan dibiarkan menjalar ke tengah-tengah masyarakat. Jangan biarkan mereka melakukan inviltrasi ke organisasi-organisasi Islam seperti NU, Muhammdiyah dan lainya. Agen sipilis ini sebenarnya hanya segelintir orang, namun kelihatan banyak karena mereka mampu membeli media massa untk menggencarkan opininya.

Langkah Strategis

Adalah sangat penting kiranya umat Islam mengambil langkah-langkah strategis untuk meminimalisir dampak-dampak negatif dari kampanye SIPILIS aktivis JIL. Ada beberapa langkah yang harus ditempuh diantarannya:


1. Membina umat, dengan pemikiran Islam yang Ideologis.

2. Menjelaskan kepada umat secara umum atas kepalsuan ide-ide selain Islam (counter opini), seperti Sekulerisme Pluralisme dan Liberalisme

3. Melakukan dakwah yang bersifat politis dengan mengajak ummat untuk menerapkan syariah Islam secara kaffah dalam seluruh aspek kehidupan.


Yakinlah yang bathil pasti lenyap. Allah SWT telah menegaskan “Sebenarnya kami melemparkan yang hak (benar) kepada yang batil (tidak benar), lalu yang hak itu menghancurkannya, maka seketika itu (yang batil) lenyap. (QS. 21:18). Karenanya, ketika kebenaran datang, semua yang batil akan lenyap. “Sungguh, yang batil itu pasti lenyap !” (QS. 17: 81). Wallahu a'lam bi ash shawab.


Oleh: Abdurrahman

http://www.facebook.com/note.php?saved&&suggest¬e_id=335481131005

Untuk anggota ROHIS, bukanlah SARANG TERORIS, melainkan BENTENG AQIDAH Pelajar Muslim !!

Izzah Islám 28 Februari jam 7:56 Reply
Shalat Tepat Waktu

“Amal yang paling dicintai Allah Ta’ala adalah shalat (tepat) pada wahtunya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslin)


“Janganlah kalian meninggalkan shalat secara sengaja. Barang siapa yang telah meninggalkan shalat secara sengaja, maka Allah dan Rasul-Nya telah lepas tanggungan darinya. (HR. Ahmad)



Perintah Shalat Shubuh dan Waktunya

Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula shalat) shubuh. Sesungguhnya shalat Shubuh itu disaksikan (oleh malaikat).”
(Al-Isra’ [17]:78)


“Waktu shalat Shubuh dari terbit fajar sampai terbit matahari.” (HR. Muslim)


“Barang siapa yang mendapatkan satu rakaat shalat Shubuh sebelum terbit matahari, maka ia telah melaksanakan shalat Shubuh.” (HR. At-Tirmidzi)



Kalau seseorang meninggalkan Shalat Shubuh dengan sengaja, maka kesengajaan tersebut adalah bukti nyata dari sifat kemunafikan.


”Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang salat
(yaitu) orang-orang yang lalai dari salatnya,” (Al Maa’uun [107]:4-5)


”Sesungguhnya shalat yang paling berat bagi orang munafik adalah shalat Isya’ dan shalat Shubuh. Sekiranya mereka mengetahui apa yang terkandung di dalamnya, niscaya mereka akan medatangi keduanya sekalipun dengan merangkak. Sungguh, aku ingin menyuruh melaksanakan shalat, lalu shalat itu ditegakkan, kemudian aku perintahkan seseorang untuk mengimami shalat bersama orang-orang. Kemudian beberapa lelaki berangkat bersamaku dengan membawa kayu yang terikat, mendatangi suatu kaum yang tidak menghadiri shalat berjamaah, sehingga aku bakar rumah mereka.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)



Keutamaan shalat Subuh

“Sesungguhnya dua shalat ini (Shubuh dan Isya’) adalah shalat yang berat bagi orang munafik. Sesungguhnya, apabila mereka mengetahui apa yang ada dalam shalat Subuh dan Isya’, maka mereka akan mendatanginya, sekalipun dengan merangkak.” (HR Ahmad dan An-Nasa’i)

“Barang siapa yang shalat Isya’ berjamaah maka seakan-akan dia telah shalat setengah malam. Dan barangsiapa shalat Subuh berjamaah (atau dengan shalat Isya’, seperti yang tertera dalam hadits Abu Dawud dan Tirmidzi’) maka seakan-akan dia telah melaksanakan shalat malam satu malam penuh.” (HR. Muslim)


“Barangsiapa yang shalat dua waktu yang dingin maka akan masuk surga.” (HR. Al-Bukhari)

Note: Dalam Fath Al-Bari disebutkan bahwa yang dimaksud dengan shalat “Al-Bardaini” (dua waktu dingin) adalah shalat Subuh dan Ashar.


Dari Jarir bin Abdullah:

“Kami sedang duduk bersama Rasulullah, ketika melihat bulan purnama. Beliau berkata, ‘Sungguh, kalian akan melihat Rabb kalian sebagaimana kalian melihat bulan yang tidak terhadang dalam melihatnya. Apabila kalian mampu, janganlah kalian menyerah dalam melakukan shalat sebelum terbit matahari dan shalat sebelum terbenam matahari. Maka lakukanlah.’” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)


“Berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang banyak berjalan dalam kegelapan menuju masjid dengan cahaya yang sangat terang pada hari kiamat.” (HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi, dan Ibnu Majah)

Note: Dalam kegelapan maksudnya: shalat Isya’ dan shalat Shubuh.



Shalat sunnah yang lebih mulia dari dunia dan seisinya

“Dua rakaat fajar (shalat sunnah sebelum subuh) lebih baik dari dunia dan seisinya.” (HR. Muslim)


Dari Sayyidah Aisyah:
“Tidak ada shalat sunnah yang lebih diperhatikan Rasulullah selain shalat sunnah sebelum Shubuh.” (HR. Bukhari)

Referensi: “Misteri Shalat Subuh” – DR. Raghib As-Sirjani

Untuk anggota ROHIS, bukanlah SARANG TERORIS, melainkan BENTENG AQIDAH Pelajar Muslim !!

Izzah Islam 04 Maret jam 23:09 Reply
Dalam realita kehidupan, Ahlus Sunnah melalui ahwal (KEADAAN) serta tahapan yang berbeda-beda, baik yang sudah terjadi di masa lalu maupun yang akan dilalui pada masa mendatang.

Ahwal (keadaan) dan tahapan itu ringkasnya adalah sebagai berikut:

1. Adanya Khilafah Islamiyah (Yang berdiri di atas manhaj Ahlussunnah wal Jama’ah) seperti zaman Khulafa Ar-rasyidin, kewajiban muslimin pada saat ini adalah mendukung negara dan menta’ati imam.

2. Adanya satu negara Islam atau lebih (beberapa negara yang menerap-kan hukum Islam) di batas teritorial-teritorial tertentu, tetapi belum mencapai Khilafah Islamiyah total karena halangan-halangan tertentu dan imam negara ini adalah seorang sunni, maka kewajiban seorang muslim di dalam lingkungan negara itu sama seperti keadaan pertama.

3. Adanya negara Islam tetapi Imamnya bid’i (ahlul bid`ah) . Kewajiban muslimin pada saat ini adalah mentaati imam pada selain bid’ahnya dan mendukung negara serta mendakwahkan imam ke sunnah kalau imam tidak bisa diganti tanpa fitnah yang lebih kecil dari fitnah bid’ah-nya.

4. Tidak adanya negara Islam. Tetapi ada jama’ah Ahlus Sunnah wal Jama’-ah yang dipimpin oleh sekelompok ulama sunnah dalam satu wadah Ahlul Hal wal ’Aqdi maka kewajiban kaum muslimin adalah menta’ati Ahlul Hal wal ’Aqdi dan ikut bersama mereka memperjuangkan berdiri-nya negara Islam atau khilafah Islamiyah (Khilafah Islamiyah adalah bentuk tersempurna dari negara Islam).

5. Tidak adanya negara Islam dan tidak adanya Ahlul hal wal ’Aqdi, maka kewajiban Ahlus sunnah adalah berjuang mendirikan negara Islam dengan tetap menghargai petunjuk-petunjuk kaum ulama Ahlus sunnah yang berjuang untuk maslahat umat dan mentaati ijma’ mereka.
Sekarang, bagaimanakah keadaan Ahlus sunnah wal jama’ah di Indonesia?

Bagi orang yang mengerti manhaj Ahlus Sunnah wal Jama’ah dan menye-lami situasi pada saat ini, jelas sekali bahwa Ahlus sunnah di Indonesia belum mempunyai negara Islam dan tidak mempunyai ulama Ahlul hal wal ’Aqdi yang bertemu di suatu wadah perjuangan untuk menegakkan manhaj Alloh Subhanahu wa Ta`ala. Yang ada adalah usaha-usaha yang gigih dari para da’i dan harokah-harokah Islamiyah dengan bentuk-bentuk dan arah-arah yang sering berbeda satu sama lainnya.

Kenyataan pahit lain adalah bahwa umat ini berada dalam kepungan ketat yang sangat mencekik. Dengan penjelasan-penjelasan berikut kita akan coba menganalisa UNSUR-UNSUR PENGEPUNG tersebut:

1. Ahlul bid’ah.

Sudah menjadi kenyataan bahwa pimpinan keagamaan kaum muslimin di banyak negeri Islam kebanyakan berada di tangan Ahlul bid’ah, baik dari firqoh Sufiyyah, As’ariyah, Mu’tazilah, Aqlaniyah maupun murid-murid kaum orientalis. Merekalah yang memberikan pengarahan-pengarahan kepada umat ini.

Pimpinan sufiyah dan As’ariyah menjadi panutan hampir bagi seluruh kaum muslimin di negeri-negeri tersebut. Mereka memiliki banyak sekali lembaga-lembaga pendidikan yang menjadi sarana yang ampuh sekali untuk menanamkan bid’ah-bid’ah mereka. Di samping lembaga-lembaga tersebut, mereka pun mempunyai jaringan da’wah yang men-dapat wala’ (loyalitas) yang besar sekali dari kaum muslimin.

Perguruan-perguruan tinggi adalah ladang yang subur sekali untuk Aqlaniyun , Mu’tazilah dan murid-murid kaum orientalis yang menye-barkan pemahaman pluralisme untuk mengaburkan masalah agar tidak jelas lagi mana yang haq dan mana yang batil.

Syi’ah Rafidhah mulai bergerak dengan cepat dibantu oleh sebuah negara minyak yang kaya. Mereka bertujuan men-syi’ah-kan Ahlus Sunnah di negeri ini, seperti halnya pensyi’ahan Ahlus sunnah di Iran yang sebelumnya adalah mayoritas di negeri itu. Dengan mentokohkan orang-orang mereka, orang-orang dari Ahlus sunnah dengan mudah bisa ditipu.

2. Kebudayaan nasional

Kebanyakan dari elemen-elemen kebudayaan nasional adalah pening-galan kaum kuffar Hindu dan Budha. Upaya menyemarakan, meng-hidupkan dan memasarkan kebudayaan ini adalah suatu da’wah untuk kembali menyelami tata cara kekufuran.

3. Sihir

Para tukang sihir, agen-agen iblis, melancarkan aktifitas mereka dengan berbagai macam cara. Menawarkan pada umat yang sedang menderita kejahilan ini, semua macam pelayanan syaitoniyyah. Melalui media-media resmi, mereka menawarkan solusi-solusi problematik kehidupan pribadi muslim, tawaran-tawaran yang menggiurkan untuk orang-orang jahil dan lemah iman.

Meruntuhkan iman dan menjauhkan se-orang muslim dari agamanya. Para-normal, orang pintar dan nama-nama lain dikemas untuk menyesatkan kaum muslimin dari ajaran-ajaran yang mulia, bahkan jajanan ini dijual dengan bebas di seluruh daerah, tanpa menghadapi halangan yang berarti sedikitpun.

4. Kaum sekuler

Seperti kita ketahui bahwa paham sekulerisme adalah pemisahan agama dari kehidupan bermasyarakat dan kehidupan sehari-hari seorang pribadi. Jadi sekulerisme berarti penghancuran agama.

Setiap kelompok sekuler, yang beraneka-ragam alirannya, berusaha merekrut anggota dan pendukung sebanyak-banyaknya. Perekrutan ini bisa berarti peletakan seorang muslim yang direkrut pada jalur yang menuju ke pintu kemurtadan, sebab setelah sang anggota dicekoki aqidah-aqidah kelompok sekuler dan menetap di hatinya, maka mulai-lah ia melangkah keluar dari Islam.

Ini bukan berarti pengkafiran semua anggota kelompok sekuler yang asalnya beragama Islam, sebab aplikasi pengkafiran memerlukan tabayyun dan penegakkan hujjah. Disamping tugas utama kita adalah berdakwah, bukan mengkafirkan.

Sistem pendidikan nasional berjalan di atas sekulerisme, putra-putri Islam sejak balita sudah diisi dengan adat-istiadat sekulerisme, secara sadar atau tidak sadar. Akibat semua ini kita dapati cara berpikir dan berpri-laku sekuler mendominasi bagian terbesar dari masyarakat kita.

5. Agama-agama selain Islam

Tanshir (Kristenisasi) sejak zaman penjajahan Belanda sangat giat meng-kafirkan umat Islam dengan sarana-sarana dan finansial yang hampir-hampir tidak terbatas. Kegiatan tanshir ini didukung oleh semua negara-negara nasroni di barat dan timur. Indonesia adalah negara yang mendapat prioritas kristenisasi terbesar pada zaman ini. Dengan rayuan harta dan kebohongan, hari demi hari pemurtadan bertambah luas.

Pihak-pihak agama lain seperti Budha, Hindu dan lain-lain pun me-ngembangkan diri, tidak tinggal diam. Mereka terus menyusun keku-atan, sekolah-sekolah keagamaan mereka terus menjalar, cerita-cerita keagamaan dipasar-kan seluas-luasnya, baik melalui media cetak, maupun media elektronik yang semuanya merupakan racun-racun yang kalau sudah mengendap di benak putra-putri Islam akan sangat mengganggu dalam pelurusan Aqidah mereka.

6. Westernisasi (pembaratan) di bidang Akhlak melaju dengan cepat. Sangat jelas sekali adanya kekuatan yang bergerak mendorong semua ini berlangsung.

Semua musibah yang kita sebutkan di atas tadi dipayungi bahkan dilin-dungi oleh musibah yang lebih besar lagi dan merupakan unsur penge-pung yang paling berat yaitu tidak diterapkannya hukum Alloh.

(Dakwatuna)

Untuk anggota ROHIS, bukanlah SARANG TERORIS, melainkan BENTENG AQIDAH Pelajar Muslim !!


Izzah Islám 08 Maret jam 17:49 Reply
Assalamualaykum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Insya Allah mulai hari ini, grup ini akan mengirimkan artikel-artikel yang dapat menambah wawasan dan ilmu kita, lebih khusus lagi menuju muwashoffat terpenting seorang mukmin, yaitu Salimul Aqidah [aqidah yang lurus] . Aqidah kita adalah Aqidah Ahlus sunnah wal jamma'ah yang lurus yang sesuai Al-Qur'an dan Assunnah Shahihah. Insya Allah.

_______________________________________________________


Iman bisa bertambah dan berkurang

Permasalahan iman merupakan permasalahan terpenting seorang muslim, sebab iman menentukan nasib seorang didunia dan akherat. Bahkan kebaikan dunia dan akherat bersandar kepada iman yang benar. Dengan iman seseorang akan mendapatkan kehidupan yang baik di dunia dan akherat serta keselamatan dari segala keburukan dan adzab Allah. Dengan iman seseorang akan mendapatkan pahala besar yang menjadi sebab masuk ke dalam surga dan selamat dari neraka. Lebih dari itu semua, mendapatkan keridhoan Allah Yang Maha kuasa sehingga Dia tidak akan murka kepadanya dan dapat merasakan kelezatan melihat wajah Allah diakherat nanti. Dengan demikian permasalahan ini seharusnya mendapatkan perhatian lebih dari kita semua.

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah menuturkan, “Hasil usaha jiwa dan qolbu (hati) yang terbaik dan penyebab seorang hamba mendapatkan ketinggian di dunia dan akherat adalah ilmu dan iman. Oleh karena itu Allah Ta’ala menggabung keduanya dalam firmanNya,

وَقَالَ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ وَالْإِيمَانَ لَقَدْ لَبِثْتُمْ فِي كِتَابِ اللَّهِ إِلَى يَوْمِ الْبَعْثِ

“Dan berkata orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan dan keimanan (kepada orang-orang yang kafir): “Sesungguhnya kamu telah berdiam (dalam kubur) menurut ketetapan Allah, sampai hari berbangkit.” (QS ar-Ruum: 56)

Dan firman Allah Ta’aa,

يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ

“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (QS al-Mujaadilah: 11).

Mereka inilah inti dan pilihan dari yang ada dan mereka adalah orang yang berhak mendapatkan martabat tinggi. Namun kebanyakan manusia keliru dalam (memahami) hakekat ilmu dan iman ini, sehingga setiap kelompok menganggap ilmu dan iman yang dimilikinyalah satu-satunya yang dapat mengantarkannya kepada kebahagiaan, padahal tidak demikian. Kebanyakan mereka tidak memiliki iman yang menyelamatkan dan ilmu yang mengangkat (kepada ketinggian derajat), bahkan mereka telah menutup untuk diri mereka sendiri jalan ilmu dan iman yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan menjadi dakwah beliau kepada umat. Sedangkan yang berada di atas iman dan ilmu (yang benar) adalah beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya setelah beliau serta orang-orang yang mengikuti mereka di atas manhaj dan petunjuk mereka….”.[1]

Demikian bila kita melihat kepada pemahaman kaum muslimin saja tentang iman didapatkan banyak kekeliruan dan penyimpangan. Sebagai contoh banyak dikalangan kaum muslimin ketika berbuat dosa masih mengatakan, “Yang penting kan hatinya”. Ini semua tentunya membutuhkan pelurusan dan pencerahan bagaimana sesungguhnya konsep iman yang benar tersebut.

Makna Iman

Dalam bahasa Arab, ada yang mengartikan kata iman dengan “tashdîq” (membenarkan); thuma’nînah (ketentraman); dan iqrâr (pengakuan). Makna ketiga inilah yang paling tepat. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Telah diketahui bahwa iman adalah iqrâr (pengakuan), tidak semata-mata tashdîq (membenarkan). Dan iqrâr (pengakuan) itu mencakup perkataan hati, yaitu tashdîq (membenarkan), dan perbuatan hati, yaitu inqiyâd (ketundukan hati)”.[2]

Dengan demikian, iman adalah iqrâr (pengakuan) hati yang mencakup:

1. Keyakinan hati, yaitu membenarkan terhadap berita.

1. Perkataan hati, yaitu ketundukan terhadap perintah.

Yaitu: keyakinan yang disertai dengan kecintaan dan ketundukan terhadap semua yang dibawa oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dari Allah Ta’ala .

Adapun secara syar’i (agama), iman yang sempurna mencakup qaul (perkataan) dan amal (perbuatan). Syaikul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Dan di antara prinsip Ahlus sunnah wal jamâ’ah, ad-dîn (agama/amalan) dan al-imân adalah perkataan dan perbuatan, perkataan hati dan lisan, perbuatan hati, lisan dan anggota badan”.[3]

Dalil Bagian-Bagian Iman

Dari perkataan Syaikhul Islam di atas, nampak bahwa iman menurut Ahlus sunnah wal jamâ’ah mencakup lima perkara, yaitu [1] perkataan hati, [2] perkataan lisan, [3] perbuatan hati, [4] perbuatan lisan dan [5] perbuatan anggota badan.

Banyak dalil yang menunjukkan masuknya lima perkara di atas dalam kategori iman, di antaranya adalah sebagai berikut:

Pertama: Perkataan hati, yaitu pembenaran dan keyakinan hati. Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آَمَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أُولَئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah orang-orang yang hanya beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu, dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka di jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar.” (QS al-Hujurât: 15)

Kedua: Perkataan lisan, yaitu mengucapkan syahadat Lâ ilâha illallâh dan syahadat Muhammad Rasulullâh dengan lisan dan mengakui kandungan syahadatain tersebut. Di antara dalil hal ini adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

أُمِرْتُ أَنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَشْهَدُوْا أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللَّهِ وَيُقِيْمُوْا الصَّلاَةَ وَيُؤْتُوْا الزَّكَاةَ فَإِذَا فَعَلُوْا ذَلِكَ عَصَمُوْا مِنِّي دِمَاءَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ إِلاَّ بِحَقِّ اْلإِسْلاَمِ وَحِسَابُهُمْ عَلَى اللَّهِ

“Aku diperintah (oleh Allah) untuk memerangi manusia sampai mereka bersaksi bahwa tidak ada yang berhak diibadahi selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, dan sampai mereka menegakkan shalat, serta membayar zakat. Jika mereka telah melakukan itu, maka mereka telah mencegah darah dan harta mereka dariku kecuali dengan hak Islam, dan perhitungan mereka pada tanggungan Allah.”[4]

Pada hadits lain disebutkan dengan lafazh,

أُمِرْتُ أَنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَقُولُوْا لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ …

“Aku diperintah (oleh Allah) untuk memerangi manusia sampai mereka mengatakan “Lâ ilâha illallâh”….[5]

Ketiga: Perbuatan hati, yaitu gerakan dan kehendak hati, seperti ikhlas, tawakal, mencintai Allah Ta’ala , mencintai apa yang dicintai oleh Allah Ta’ala , rajâ’ (berharap rahmat/ampunan Allah Ta’ala), takut kepada siksa Allah Ta’ala , ketundukan hati kepada Allah Ta’ala, dan lain-lain yang mengikutinya. Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آَيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah, hati mereka gemetar, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Rabbnya mereka bertawakkal” (QS al-Anfâl: 2). Dan dalil-dalil lainnya yang menunjukkan amalan-amalan hati termasuk iman.

Keempat: Perbuatan lisan/lidah, yaitu amalan yang tidak dilakukan kecuali dengan lidah. Seperti membaca al-Qur’ân, dzikir kepada Allah Ta’ala, doa, istighfâr, dan lainnya. Allah Ta’ala berfirman,

وَاتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنْ كِتَابِ رَبِّكَ لَا مُبَدِّلَ لِكَلِمَاتِهِ وَلَنْ تَجِدَ مِنْ دُونِهِ مُلْتَحَدًا

“Dan bacakanlah apa yang diwahyukan kepadamu, yaitu kitab Rabb-mu (al-Qur’ân). Tidak ada (seorang pun) yang dapat merubah kalimat-kalimat-Nya.” (QS al-Kahfi: 27). Dan dalil-dalil lainnya yang menunjukkan amalan-amalan lisan termasuk iman.

Kelima: Perbuatan anggota badan, yaitu amalan yang tidak dilakukan kecuali dengan anggota badan. Seperti: berdiri shalat, rukû’, sujud, haji, puasa, jihad, membuang barang mengganggu dari jalan, dan lain-lain. Allah Ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا ارْكَعُوا وَاسْجُدُوا وَاعْبُدُوا رَبَّكُمْ وَافْعَلُوا الْخَيْرَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, ruku’lah, sujudlah, sembahlah Rabbmu dan berbuatlah kebajikan supaya kamu mendapat kemenangan.” (QS al-Hajj: 77)


bersambung