Rabu, 10 Maret 2010

Untuk anggota ROHIS, bukanlah SARANG TERORIS, melainkan BENTENG AQIDAH Pelajar Muslim !

Izzah Islám 11 Februari jam 22:45 Reply
Assalamualaykum Warahmatullah Wabarakatuh

saudaraku yang beriman, bulan-bulan ini dipenuhi ritual-ritual yang berasal dari adat dan agama lain, yang masih kebanyakan umat kita rayakan, padahal beribadah dan menyikapi apa pun, umat Islam diwajibkan mengikuti Al-Quran dan Sunnah Rasul. Amal ibadah yang tidak diperintahkan dan dicontohkan Rasul tidak akan diterima oleh Allah SWT alias mardud (tertolak).

“Barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam agama kami ini yang tidak ada asalnya, maka perkara tersebut tertolak.” (HR. Bukhari dan Muslim).

“Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan ajaran kami, maka amalan tersebut tertolak.” (HR. Muslim).

Ritual dan kepercayaan apa sajakah?

KHURAFAT di BULAN SAFAR


Amalan yang tertotal itu termasuk khurafat (tahayul, mitos). Khurafat adalah salah satu bentuk penyelewengan dalam akidah Islam. Salah satunya, khurafat berkenaan dengan bulan Safar. Pada zaman Jahiliyah, ada kepercayaan bahwa bulan Safar adalah bulan sial. Kepercayaan atau mitos/tahayul tersebut langsung dibantah oleh Rasulullah Saw.

Bulan Safar adalah bulan kedua setelah Muharam dalam kalendar Islam (Hijriyah) yang berdasarkan tahun Qamariyah (perkiraan bulan mengelilingi bumi). Safar artinya kosong. Dinamakan Safar karena dalam bulan ini orang-orang Arab dulu sering meninggalkan rumah untuk menyerang musuh.



Kepercayaan bahwa Safar bulan sial atau bulan bencana masih saja dipercaya sebagian umat. Padahal, Rasul sudah menegaskan mitos itu tidak benar.



Salah satu amalan khurafat yang pernah muncul ialah “Pesta Mandi Safar”. Jika tiba bulan Safar, umat Islam mengadakan upacara mandi beramai-ramai dengan keyakinan hal itu bisa menghapuskan dosa dan menolak bala. Biasanya, amalan mandi Safar ini dilakukan pada hari Rabu minggu terakhir dalam bulan Safar yang diyakini merupakan hari penuh bencana.



Amalan mandi Safar untuk tolak bala dan menghapus dosa itu merupakan kepercayaan penganut Hindu melalui ritual “Sangam” yang mengadakan upacara penghapusan dosa melalui pesta mandi di sungai. Umat Islam harus menghormati keyakinan mereka, tapi tidak boleh menirunya.



Hingga kini pun masih ada umat Islam yang tidak mau melangsungkan pernikahan pada bulan Safar karena percaya terhadap khurafat tersebut. Sebuah keyakinan yang dapat menjerumuskan kepada jurang kemusyrikan.



Bahkan, sampai ada “amalan khusus”, misalnya hari Rabu membaca syahadat tiga kali, istighfar 300 kali, ayat kursi tujuh kali, surat Al-Fiil tujuh kali, dan sebagaiya. Jelas, itu amalah khurafat dan bid’ah yang tidak bersumber dari ajaran Islam dan tidak dicontohkan oleh Rasulullah Saw dan para sahabat.



Khurafat bulan Safar selengkapnya antara lain larangan menikah dan pertunangan, menghalangi bermusafir atau berpergian jauh, Rabu minggu terakhir bulan Safar puncak hari sial, upacara ritual menolak bala dan buang sial di pantai, sungai atau rumah (Mandi Safar), membaca jampi serapah tertentu untuk menolak bala sepanjang Safar, menjamu makan makhluk halus yang dikatakan penyebab sesuatu musibah, menganggap bayi lahir bulan Safar bernasib malang, Safar bulan Allah menurunkan kemarahan dan hukuman ke atas dunia. Semuanya itu tidak benar dan umat Islam wajib mengingkari khurafat tersebut.



Kesialan, naas, atau bala bencana dapat terjadi kapan saja, tidak hanya bulan Safar, apalagi khusus banyak terjadi pada bulan Safar. Allah Swt menegaskan:



“Katakanlah: "Sekali-kali tidak akan menimpa Kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami. Dialah pelindung Kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal." (QS. At-Taubah: 51 ).



Tidak amalan istimewa atau tertentu yang dikhususkan untuk dirayakan pada bulan Safar. Amalan bulan Safar adalah sama seperti amalan-amalan pada bulan-bulan lain. Kepercayaan mengenai perkara sial atau bala pada sesuatu hari, bulan dan tempat itu merupakan kepercayaan orang jahiliah sebelum kedatangan Islam.



Rasulullah Saw bersabda: “Tidak ada wabah dan tidak ada keburukan binatang terbang dan tiada kesialan bulan Safar dan larilah (jauhkan diri) daripada penyakit kusta sebagaimana kamu melarikan diri dari seekor singa” (HR. Bukhari).



Semoga Allah senantiasa memberi kita kekuatan dan bimbingan, agar terhindari dari segala bentuk bid’ah, khurafat, dan tahayul sehingga kita selamat dari jurang kemusyrikan. Amin! Wallahu a’lam.*


http://www.pusdai.com/artikel-islam/34-artikel/804-jauhi-khurafat-bulan-safar.html

http://akob73.blogspot.com/2009_01_01_archive.html


TASYABUH BIL KUFFAR : VALENTINE dan IMLEK


At-Tasyabbuh secara bahasa diambil dari kata al-musyabahah yang berarti meniru atau mencontoh, menjalin atau mengaitkan diri, dan mengikuti. At-Tasybih berarti peniruan. Dan mutasyabihah berarti mutamatsilat (serupa). Dikatakan artinya serupa dengannya, meniru dan mengikutinya. Tasyabbuh yang dilarang dalam Al-Quran dan As-Sunnah secara syar’i adalah menyerupai orang-orang kafir dalam segala bentuk dan sifatnya, baik dalam aqidah, peribadatan, kebudayaan, atau dalam pola tingkah laku yang menunjukkan ciri khas mereka (kaum kafir). (Mantasyabbaha biqoumin Fahuwa Minhum, Dr.Nashir Bin Abdul Karim Al-Aql)

Termasuk dalam tasyabbuh yaitu meniru terhadap orang-orang yang tidak shalih, walaupun mereka itu dari kalangan kaum muslimin, seperti orang-orang fasik, orang-orang awam dan jahil, atau orang-orang Arab (badui) yang tidak sempurna diennya (keislamannya). Oleh karena itu, secara global kita katakan bahwa segala sesuatu yang tidak termasuk ciri khusus orang-orang kafir, baik aqidahnya, adat-istiadatnya, peribadatannya, dan hal itu tidak bertentangan dengan nash-nash serta prinsip-prinsip syari’at, atau tidak dikhawatirkan akan membawa kepada kerusakan, maka tidak termasuk tasyabbuh. Inilah pengertian secara global. (Idem)

Alloh Subhanahu wa ta'ala berfirman:

“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al-Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik” [QS. Al-Hadiid : 16].

Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata ketika mengomentari ayat di atas :

“Firman-Nya : ‘Janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al-Kitab kepadanya’ ; merupakan larangan yang bersifat mutlak dalam hal penyerupaan terhadap mereka (orang kafir). Larangan ini juga khusus menyerupai mereka dalam hal kerasnya hati, sedangkan kerasnya hati termasuk di antara buah kemaksiatan” [Iqtidlaa’ Shiraathil-Mustaqiim, 1/290].

Ibnu Katsir menafsirkan ayat ini dengan mengatakan :

ولهذا نهى الله المؤمنين أن يتشبهوا بهم في شيء من الأمور الأصلية والفرعية

“Oleh karena itu, Allah melarang orang-orang yang beriman untuk menyerupai mereka (orang kafir) dalam hal apapun, baik dalam perkara pokok (ushuliyyah) maupun cabang (furu’iyyah)” [Tafsir Ibnu Katsir, 8/20, tahqiq : Saamiy bin Muhammad Salaamah; Daarith-Thayyibah, Cet. 2/1420].

termasuk di dalamnya memeriahkan dan merayakan VALENTINE DAY dan IMLEK yang sama sekali tidak dari ISLAM, bahkan terancam kita menyerupai kaum KAFIR dengan akidah mereka. Mau kah kau merayakan HAri kematian ST. VALENTINE? dan TAHUN BARU dien lain??


WALLAHU A"LAM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar